THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 16 Juni 2011

Untuk Bapak di Surga

selembar foto itu terasa hidup
engkau memeluk aku
dengan belaian kasihmu

hitam kulitmu terbakar mentari
katamu.......
itu demi pendidikanku

kurus badanmu terus bekerja
katamu.......
itu demi masa depanku

Bapak....
sepuluh bulan yang lalu sakit mulai menyiksamu
membuatmu lemah dan tak berdaya
tapi...
engkau selalu berkata
"bapak tak apa-apa, nak"

dan senyum yang terlihat dari bibirmu yang pucat
selalu menyimpan makna untukku
meyakinkanku...
bahwa engkau mampu kuat
mencoba menepis kekhawatiran yang begitu sesak di dadaku

kini...
sepuluh bulan itu telah berlalu
terangkai detik dan tersimpan cerita tentangmu
kesederhanaan yang engkau ajarkan
membuat aku tau arti sebenarnya hidup ku
kepedulian yang engkau contohkan
membuat aku mengerti indahnya saling berbagi

namun...
disaat aku belum melihatkan sikapku yang telah belajar darimu...
di jumat siang itu..
Allah memanggilmu...
engkau telah dijemput izroil untuk pergi jauh dariku
padahal aku belum sempat mencium kakimu
aku belum bisa memberikan senyum bangga yang terlihat dari bibirmu

bapak....
aku merindukanmu tersenyum
saat aku memakai toga dan menjadi sarjana nanti
tapi...rindu itu tak akan pernah terwujud lagi

aku menginginkan engkau ada di sampingku saat aku menikah nanti
tapi...keinginanku tak akan pernah terjadi

bapak.....
aku bermimpi dapat membawamu ke tanah suci
bersama-sama melakukan thawaf dan sa'i
tapi mimpi itu...
hanya tinggal cerita yang mampu kutulis dengan air mata

sekarang...
sudah empat puluh hari engkau pergi
tapi aku merasa engkau masih disini
menasehatiku saat aku lalai
mendukungku saat aku terpuruk
membelaiku saat aku lemah

bapak...
terimakasih atas semua yang telah engkau beri
aku menyayangimu hingga saat ini, nanti dan selamanya...
maaf atas segala salahku yang belum sempat ku ucap
aku mencintaimu selalu
dalam setiap detik langkahku....


saat bapak akan pergi....
empat puluh hari telah berlalu. namun aku belum mampu menghilangkan kesedihan yang masih membekas di hatiku. kehilangan sosok bapak yang begitu sangat berharga di hidupku. aku masih ingat saat terakhir aku bertemu dengan bapak. ketika itu hari jumat, 7 januari 2011. tiga hari setelah hari ulang tahunku yang ke-18. aku menjaga bapak yang terbaring lemah di ruang observasi rumah sakit umum. kulihat di tangan bapak terpasang infus dan obat-obatan yang diharapkan mampu membawa bapak terbebas dari kanker hati dan paru-paru basah yang telah sepuluh bulan di derita bapak. komplikasi penyakit yang membuat bapak lemah namun tidak pernah kehilangan senyumnya. membuat bapak tidak berdaya namun tidak pernah menggoyahkan imannya.
pagi di hari jumat itu, aku masih sempat memberi bapak minum. tepat satu jam sebelum bapak pergi, aku masih mendengar suara bapak yang mengucapkan kalimat tahlil walau suara itu tak terdengar jelas di telingaku.aku masih sempat memegang tangannya yang saat itu seperti bergetar. dan ketika itu pula, bapak dua kali melambaikan tangan kepadaku. aku tak menyadari bahwa sebenarnya lambaian tangan itu adalah salam perpisahan untukku. harapanku yang kuat bahwa bapak akan sembuh membuat aku tidak menyadari itu. saat itu air mataku tidak pernah berhenti mengalir. aku meminta kepada dokter untuk dapat membantu bapak agar bisa sembuh. tapi dokter berkata bahwa pihak medis tak bisa berbuat apa-apa lagi. namun harapan ku belum pudar. aku terus memohon kepada Allah agar ada keajaiban yang membuat bapak bisa sembuh. dan di satu jam terakhir itu aku masih terus berharap walau aku melihat kaki bapak telah pucat dan ku pegang kaki bapak telah dingin. tapi aku terus memohon keajaiban dengan tangisan yang membuatku sesak dan nyaris pingsan serta masih berharap besar agar bapak dapat sehat kembali.
satu jam berikutnya ibu menggantikanku untuk menjaga bapak. aku pulang ke rumah karena tidak sanggup melihat kondisi bapak. dan aku tidak pernah berpikir bahwa hari itu malaikat izroil telah ada di dekat bapak dan mengajak bapak untuk pergi. aku tak menyangka satu jam yang lalu adalah pertemuan terakhirku dengan bapak yang sangat kucinta. yang selama ini aku sering tidak mematuhi nasehat bapak. yang selama ini aku sering mendurhakai bapak.
pada pukul 11 siang aku pulang ke rumah. belum sampai aku di rumah aku mendapat kabar bahwa bapak telah pergi untuk selama-lamanya. lemas terasa badanku dan aku masih belum percaya. aku belum minta maaf kepada beliau. aku belum mencium tangan beliau. aku belum memeluk beliau. aku belum berkata bahwa aku berjanji untuk dapat membanggakan beliau. aku belum mengakui penuh kesalahan dan kedurhakaanku kepada beliau.
ketika jasad bapak telah dibawa ke rumah dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri wajah dan raga yang pucat dan kaku, aku baru percaya bahwa bapak telah pergi menghadap Illahi dengan meninggalkan banyak kenangan indah yang bermakna bukan hanya untuk aku tapi juga untuk orang-orang di sekitar dan yang kenal dengan bapak.
selamat jalan bapak. semoga amal ibadah bapak diterima di sisi Allah yang Maha Kuasa. disini... aku, ibu dan adik selalu mendoakan bapak dan terus mencintai serta menyayangi bapak. Ya Allah, ampuni dosa bapak, lapangkan kubur bapak, terangi kubur bapak, jauhkan bapak dari adzab kubur dan siksa neraka dan tempatkan bapak dalam surga-Mu yang indah. Amin. I Love You So Much, bapak.

0 komentar: